Jogja tidak hanya menjadi ruang dan saksi bisu pergolakan sejarah dan kebudayaan di Indonesia. Kota ini tumbuh pula menjadi gudangnya kuliner nusantara, bahkan mancanegara. Hal ini dimungkinkan terjadi, karena setiap tahunnya Jogja selalu kedatangan mahasiswa rantau dari luar kota.
Di setiap sudut Jogja, kita akan dengan mudahnya menemukan kudapan dan aneka rupa masakan. Tidak hanya bercita rasa manis seperti gudeg, atau manis seperti bakpia, berbagai masakan yang lebih modern pun hadir di tengah hiruk pikuk Jogja. Sebut saja salah satunya Ayam Geprek, yang dapat ditemui di hampir semua sudut kota ini.
Istilah ayam geprek hampir sering tertukar dengan ayam penyet. Secara tampilan visual, keduanya sangat berbeda, begitu pula dengan cita rasa. Ayam penyet tidak diberi tepung, seperti ayam geprek. Selain tepung, ayam geprek juga dibalur dengan bumbu yang meresap sempurna.
Sehingga, ketika digeprek atau dihancurkan dengan cobek (ulek-ulek), ayam tepung itu akan bercampur dengan sambal bawang yang telah diulek terlebih dahulu. Soal rasa, jangan ditanya. Bagi pecinta makanan pedas, ayam geprek adalah satu kuliner yang tidak boleh dilewatkan!
Warung Ayam Geprek Bu Rum
Warung Ayam Geprek menjamur sejak tahun 2004-an. Salah satu warung yang didaulat sebagai pelopor bisnis kuliner Ayam Geprek adalah Warung Ayam Geprek Bu Rum. Warung Ayam Geprek itu telah memiliki lebih dari lima cabang di Yogyakarta, dengan cita rasa yang masih terjaga. Pusatnya ada di sebuah kawasan padat penduduk dan tidak jauh dari Kampus Sanata Dharma Mrican.

Uniknya, Ayam Geprek Bu Rum Pusat bukan berdiri sebagai satu bangunan permanen seperti halnya pusat kuliner populer lainnya di Jogja, warung ini justru berupa tenda kaki lima yang tidak pernah sepi pengunjung. Ratusan warung ayam geprek memang banyak bermunculan di Jogja dari waktu ke waktu, tapi Warung Ayam Geprek Bu Rum tetap menjadi primadona bagi masyarakat Jogja. Ah, siapa sih mahasiswa Jogja yang tidak mengenalnya?
Namun siapa sangka bahwa Bu Rum menemukan resep kuliner ini tanpa sengaja. Melansir dari kulineryogya.com, Bu Rum pertama kali membuka warung kecilnya di tahun 2003. Pada saat itu, ia menjual lotek, soto dan ayam. Suatu ketika, ada seorang pengunjung yang meminta ayam pesanannya untuk digeprek dengan sambal atau cabai.
Lambat laun, permintaan sejenis pun semakin banyak dan Bu Rum akhirnya memiliki menu baru untuk warung kecilnya. Ya, apalagi kalau bukan Ayam Geprek. Ketidaksengajaan ini ternyata berbuah manis. Terbukti, saat ini Bu Rum mampu membuka tujuh cabang usahanya yang tersebar di sudut-sudut kota Jogja.
Tidak hanya soal tujuh cabang usahanya, warung Ayam Geprek Bu Rum menjadi pelopor bagi hadirnya warung-warung ayam geprek lainnya di Yogyakarta.

Pemasaran Ayam Geprek tampaknya lebih maju semenjak ojek daring memasuki Jogja. Bu Rum bergabung bersama salah satu penyedia layanan jasa pesan antar daring sejak bulan April 2017.
Pesanan pun meningkat tajam, bahkan mampu merangkul pelanggan yang tersebar di seluruh wilayah kota Jogja. Namun, di tengah geliat kemajuan teknologi tersebut, masih banyak pelanggan yang setia datang langsung ke warungnya.
Hal ini dikarenakan, pelanggan dapat mengambil nasi sebanyak apapun dan memilih sendiri ayam yang akan digeprek. Ada pula lauk lainnya, seperti tahu, tempe dan sayuran (sop ayam, tumis jipang dan tumis kacang panjang), bagi pelanggan yang sedang cuti makan ayam.
Selain itu, tarif yang dipatok pun sangat terjangkau, sehingga tetap aman sekalipun sedang berada di akhir bulan.