Tibet adalah daerah yang berada di Wilayah Cina, walaupun masuk wilayah Cina tapi Tibet memiliki kebudayaan yang tak dapat disamakan dengan Cina.
Masyarakat Tibet dapat hidup selama ribuan tahun di daerah ketinggian 4.500 di atas permukaan laut atau di wilayah pegunungan dengan suhu tahunan rata-rata -4 derajat celcius yang menyebabkan perbedaan kultur dengan orang Cina.
Informasi yang dilansir oleh Tibetinfo.net mengatakan bahwa ahli Biologi mengungkapkan cara adaptasi yang dilakukan masyarakat Tibet dalam cuaca ekstrim tidak semata-mata karena kultur atau kebiasaan.
Menurut mereka ada salah satu gen yang memungkinkan sistem tubuh manusia menarik oksigen sebanyak-banyaknya, anehnya kemampuan tersebut berbeda degan manusia pada umumnya. Namun jika menyoroti tradisi masyarakat Tibet, setiap pagi atau pun sore mereka memiliki tradisi menyeduh teh po cha sebelum beraktifitas diluar rumah.
Menurut masyarakat Tibet dengan meminum teh po cha tubuh akan terasa lebih hangat dan menambah energi untuk memulai kegiatan diluar rumah.
Teh Po cha (dalam bahasa Tibet) atau teh mentega adalah teh yang terbuat dari daun teh yang direbus beberapa menit, dicampur dengan mentega yang terbuat dari air susu hewan Yak, kemudian di kocok dengan air dan garam di dalam alat tradisional Tibet yaitu Chandong yang berbentuk seperti tabung setelah dikocok baru dituangkan ke dalam teko.

Tradisi Membuat dan Meminum Pop Cha
Pembuatan teh po cha secara tradisional biasanya memakan waktu berjam-jam. Teh po cha menjadi ciri khas masyarakat Tibet, karena cara pembuatan dan penyajiannya berbeda dari teh yang lain sehingga membuat teh po cha atau butter tea menjadi salah satu minum terunik di dunia.
Teh po cha ini memiliki rasa yang berbeda, jika teh biasanya manis sebaliknya po cha memiliki rasa asin. Tradisi minum teh po cha ini sudah terun temurun seperti kebutuhan sehari-hari, maka tak heran masyarakat Tibet lebih sering minum po cha dibanding air putih.
Po cha dituangkan di mangkok kecil seperti penyajian teh di Cina dan Jepang. Masyarakat Tibet biasanya menikmati po cha dengan Tsampa, roti khas Tibet yang terbuat dari tepung barley dan terkadang menggunakan tepung terigu. Tak hanya di Tibet, pocha bisa dijumpai di wilayah Himalaya seperti Nepal, Mongolia, dan India.
Informasi yang dilansir dari eater.com mengatakan bahwa Ahli Botani Selena Ahmed yang menulis buku “Tea Horse Road” mengatakan bahwa kombinasi mentega dan teh dapat memberikan keseimbangan pikiran dan tubuh.
Selain itu, kebiasaan meminum po cha dapat memperkuat otot, tulang, aliran darah lancar yang sangat penting bagi masyarat Tibet yang sebagian besar bekerja dan bertani di dataran tinggi Tibet.

Sejarah Teh Pop Cha Di Tibet
Menurut sejarahnya yang dilansir dari tibettravel.org, teh telah diperkenalkan oleh masyarakat Cina ke wilayah Tibet sejak abad ke-7. Ketika Songtsan Gampo, raja ke-33 dari Dinasti Yarlung Tibet menikah dengan Putri Wencheng di Cina. Dari pernikahan itu, antara wilayah Cina dan Tibet saling mempengaruhi satu sama lain baik dalam bidang ekonomi, politik, pendidikan, dan kebudayaan yang berkembang dengan pesat.
Apalagi sejak dibangunnya jalan dari Dinasti Yarlung menuju Cina membuat sektor perdagangan semakin lancar, khususnya perdagangan teh yang sukses dijual pada saat itu. Suhu yang dingin tak memungkinkan untuk dapat menanam tanaman, hanya sedikit kesempatan bagi sayur-sayuran untuk tumbuh subur di Tibet.
Oleh sebab itu orang Tibet mulai menyadari manfaat dari teh pocha untuk menambah stamina jika asupan nutrisi sayur tak mencukupi. Hingga minum teh menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari orang Tibet dan berkembang menjadi tradisi yang khas di Tibet.
Kebiasaan rakyat Tibet meminum teh juga disadari oleh Raja Gampo, ia juga telah mendengar jika di Cina terdapat upacara minum teh yang dilakukan oleh para biksu. Upacara minum teh itu mendapat perhatian bagi sang raja dan ingin melakukan upacara serupa di Tibet.
Pada tahun 1275, tradisi minum teh masuk dalam kegiatan upacara keagamaan dan para biksu menjadikan salah satu kegiatan penting dalam kegiatan upacara keagamaan di Tibet. Hingga sampai saat sekarang ini tradisi minum teh po cha masih eksis di Tibet dan menjadi salah satu daya tarik para wisatawan asing.