Nasi Jaha merupakan salah satu kuliner khas Minahasa, Sulawesi Utara, yang lezat dan wajib dicoba saat berkunjung ke sana. Aroma rempah-rempahnya yang kuat menjadi karakter utama dari penampilannya yang terkesan sederhana.
Kudapan ini terbuat dari beras ketan dan santan yang sebelumnya diisi ke dalam batang bambu berlapis daun pisang dan kemudian dibakar. Tak heran bila saat disajikan, Nasi Jaha akan mengeluarkan aroma jahe dan berbagai rempah yang menyusun karakter rasanya.
Konon, Jaha mengandung makna Jahe, rempah yang paling mendominasi karakter rasa kudapan ini. Sebagaimana yang selama ini ditulis dalam beberapa catatan perjalanan maupun informasi potensi daerah, Tanah Minahasa dikenal sebagai tanah yang subur.
Beraneka tanaman pokok tumbuh dengan baik di sana. Selain itu, bentang alamnya yang rata-rata berupa dataran tinggi membuat Minahasa juga dikenal sebagai daerah penghasil tanaman hortikultura terbaik.
Tidak heran bila beberapa kuliner daerah khas Minahasa banyak berkutat di sektor potensi tanaman lokal, seperti padi, jagung, rempah-rempah dan sayuran.
Nasi Jaha adalah satu dari sekian banyaknya keberagaman pangan khas Minahasa yang mengadopsi kekayaan alam tanah itu. Cita rasa dan aromanya yang khas akan selalu mengingatkan penikmatnya pada magisnya alam Minahasa.

Pembuatan dan Penyajian Nasi Jaha
Nasi Jaha juga disebut Nasi Bulu bagi penduduk di Gorontalo, Binarundak di daerah Bolaang Mongondow Raya, dan Lemang di daerah Melayu. Penampilannya memang terkesan sama, namun bahan penyusun Nasi Jaha dengan aneka nasi lainnya bisa dipastikan berbeda.
Beberapa olahan nasi serupa Nasi Jaha yang berasal dari daerah lain di tanah air memiliki kekuatan karakter rasa yang ditimbulkan oleh suatu rempah. Nah, untuk Nasi Jaha, kekuatan rasa terletak di proses memasaknya yang terhitung lama dan aroma jahenya.
Proses memasaknya harus mengendapkan campuran beras ketan, santan dan jahe terlebih dahulu. Apabila proses ini gagal di awal, termasuk tidak teraturnya jumlah takaran rempah-rempah, Nasi Jaha pun akan terasa tawar, bahkan pahit.
Berbicara mengenai proses pembuatan kuliner ini, tentu menimbulkan tanya yang besar mengenai tingkat kesukaran memperoleh cita rasa yang pas dari Nasi Jaha. Sejak awal dalam proses pembuatannya, Nasi Jaha memerlukan bahan yang berkualitas, seperti beras ketan khusus.
Potensi alam Minahasa memang memungkinkan untuk diperolehnya bahan-bahan berkualitas, tak terkecuali beras ketan ini. Beras ketan yang telah disiangi kemudian dibumbui dengan jahe lalu diendapkan bersama santan kelapa.
Setelah pengendapan memakan waktu yang cukup lama sekitar semalaman, Nasi Jaha kemudian dimasukkan ke dalam bambu dan dipanggang di atas bara api.
Tradisi Memakan Nasi Jaha Minahasa

Makanan yang diwariskan secara turun temurun melalui berbagai tradisi ini nyatanya masih menyedot antusiasme masyarakat dalam proses pembuatannya.
Meski berbagai kecanggihan teknologi telah mendominasi kehidupan umat manusia dewasa ini, sedikit pun tak menyurutkan minat masyarakat untuk memanggang Nasi Jaha bersama-sama.
Dalam kebudayaan Bolaang Mongondow, yang masih berada di wilayah provinsi Sulawesi Utara, dikenal tradisi Binarundak, yakni tradisi membakar Nasi Jaha bersama-sama pada saat lebaran, kemudian memakannya bersama-sama.
Umumnya, Nasi Jaha hanya disajikan saat berlangsung perhelatan akbar, seperti Hari Pengucapan Syukur, Lebaran dan Perayaan Natal di Tanah Minahasa. Ketiga momentum ini dinilai sebagai waktu yang pas untuk merayakan rasa syukur atas panen padi yang melimpah.
Dalam berbagai momentum itu, Nasi Jaha dapat dinikmati bersama makanan lainnya, seperti abon ikan cakalang dan olahan-olahan daging khas Minahasa.
Melihat kandungan makna syukur dan sejarah yang menyusun kudapan tersebut, tentu menimbulkan tanda tanya besar mengenai cita rasa Nasi Jaha ini.
Bagi kamu yang penasaran, saat berkunjung ke Minahasa nanti bisa mampir sejenak ke perhelatan akbar daerah ini, terutama di bulan Juli hingga Agustus. Karakter rempah yang kuat khas Nasi Jaha ini pasti membuat penikmatnya rindu berat saat jauh dari alam Minahasa yang kaya raya. Tertarik mencicipi?