Kue berbentuk prisma itu tersaji di atas piring. Secangkir teh menjadi teman setianya sejak dahulu kala. Ketika bungkus dibuka, aroma karamel yang berpadu dengan kacang yang telah dihaluskan membubung di udara.
Renyahnya kue khas Salatiga itu kian terasa tatkala bersentuhan dengan lidah penikmatnya. Enting-enting gepuk, demikian kue itu bernama. Cita rasa yang melegenda berpadu dengan tradisi dan histori yang melekat di dalamnya. Menjadi daya tarik tersendiri bagi kudapan peranakan Tionghoa-Nusantara asal Salatiga ini.
Bagaimana Enting-Enting Gepuk Dibuat
Enting-enting gepuk adalah makanan kecil khas Salatiga yang berbahan dasar kacang tanah. Kacang tanah ini dikupas terlebih dahulu, kemudian disangrai hingga kecoklatan. Setelah disangrai, kacang dicampur dengan cairan gula kental (karamel) untuk kemudian dipukul-pukul atau ditumbuk hingga halus dan semua bahan benar-benar menyatu.
Beberapa rumah produksi enting-enting gepuk biasa menggunakan kayu sawo untuk menghaluskan kacang. Tetapi, pada saat ini sudah ada yang memanfaatkan kecanggihan teknologi berupa blender untuk menghemat waktu dan tenaga.
Satu catatan penting, bahwa saat proses penghalusannya, kualitas harus tetap terjaga. Terutama kacang diolah tidak sampai mengeluarkan minyak, karena dapat mengakibatkan kudapan ini tidak bertahan lama.

Tumbukan kacang dan gula selanjutnya dibentuk menjadi prisma segitiga dan dibungkus kecil-kecil dengan kertas khusus. Kudapan ini dapat bertahan hingga 6 bulan lamanya, meski terbuat dari bahan-bahan alami, dengan syarat tidak terpapar sinar matahari langsung.
Enting-enting gepuk memiliki rasa yang dominan manis, dengan kejutan gurih yang berasal dari kacang. Ketika bungkusnya dibuka, penikmat kudapan ini akan mendapati sebuah kue yang berbentuk prisma utuh. Namun, ketika bersentuhan dengan gigi, prisma itu akan runtuh dan menyisakan remah-remah halus perpaduan gula dan kacang.
Siapa yang Menciptakan Enting-Enting?
Adalah Khoe Tjong Hok, seorang juru kunci klenteng dari negeri Tirai Bambu, yang memperkenalkan kudapan khas masyarakat Tionghoa, enting-enting gepuk untuk kali pertama.
Pada tahun 1920-an, kudapan ini diperkenalkan ke beberapa umat Konghucu di klenteng Hok Tek Bio, Salatiga. Enting-enting terus diproduksi hingga tahun 1960-an dan mengalami beberapa proses perombakan, baik dari resep maupun pengemasan.
Awalnya, enting-enting dibungkus dengan klobot atau daun jagung yang telah dikeringkan. Kemudian berevolusi menjadi kemasan kertas khusus yang diberi cap atau tanda klenteng. Hal ini dimaksudkan untuk mengingat dari mana kudapan ini berasal.
Waktu terus berlalu, hingga di tahun 1971, sebuah toko yang didirikan Khoe Tjong Hok menjual enting-enting gepuk untuk kali pertama. Toko ini selanjutnya dikelola oleh generasi penerus Khoe Tjong Hok yaitu Khoe Djioe Nio tanpa mengubah cita rasa asli dari generasi sebelumnya.
Saat ini, muncul berbagai macam merk dari enting-enting gepuk. Tetapi, merk legendaris seperti enting-enting cap ‘Klenteng dan 2 Holoo’ tetap menjadi primadona bagi para pelancong.

Selain karena faktor sejarah dan tuanya usia merk enting-enting ini, citarasa yang ditawarkan pun sangat khas. Sehingga tak heran apabila para pemburu kuliner dan pelancong yang datang ke Salatiga selalu membeli enting-enting dengan merk ini.
Rata-rata, enting-enting gepuk diproduksi dalam skala industri rumah tangga dan masih dengan cara tradisional. Bahkan, di rumah produksi enting-enting cap ‘Klenteng dan 2 Holoo’, pelancong dapat mengamati proses pembuatannya
Tak hanya itu, pengunjung juga bisa mencicipi enting-enting yang baru selesai diracik. Tentu, rasa yang dihadirkan akan lebih nikmat karena baru selesai dibuat dan masih terasa hangat.