Sudah Tahu Sejarah Sake di Jepang? Yuk Kepoin

Sake, minuman dari Jepang yang sangat terkenal di dunia. Minuman ini memiliki sejarah cukup panjang dan hingga kini masih terus dikembangkan.

2073
sake Jepang
Menuang sake Jepang / Foto : Shutterstock

Setiap peradaban memiliki sejarah sendiri terkait dengan minuman beralkohol. Di beberapa tempat minuman beralkohol selalu mendapatkan tempat di kehidupan manusia. Tidak heran kalau minuman beralkohol termasuk minuman tertua di dunia. 

Jepang merupakan negara yang tak ketinggalan soal minuman beralkohol atau biasa disebut Sake. Minuman beralkohol ini menjadi salah satu identitas mereka selain identitas lain seperti sushi, ramen dan anime. 

Masyarakat Jepang seperti masyarakat asia lainnya sangat bergantung dengan beras dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Beras bagi orang Jepang memiliki makna penting lebih dari sekedar makanan. 

Pada Zaman pra-sejarah atau Jomon periode tahun 14.000-4.000 SM masyarakat jepang hidup dengan berburu dan memancing. Di akhir zaman Jomon padi  dan beberapa jenis tanaman mulai dibudidayakan pada zaman tersebut. 

Beras secara turun temurun menjadi makanan pokok dan dimanfaatkan untuk menghasilkan produk lain. Salah satunya adalah minuman beralkohol yang membuat minuman tersebut akrab dengan kebudayaan Jepang. 

Asal Usul Sake di Jepang

Asal mula lahirnya sake ini masih dalam pembicaraan peneliti di Jepang. Minuman tersebut biasanya dinikmati pada upacara kekaisaran Jepang dan perayaan lainnya. Namun sebelum minuman beralkohol sampai di Jepang, Cina telah lebih dahulu membuatnya. 

Cina membuat minuman seperti sake dengan menggunakan teknik penanaman padi basah. Tetapi  Jepang berhasil mempopulerkan minum sake ke seluruh dunia.

Minuman beralkohol atau sake adalah sebutah minuman beralkohol secara keseluruhan di Jepang. Dalam bahasa Inggris disebut sake adalah minuman yang terbuat dari fregmentasi beras.

beras sake
Beras untuk fermentasi pembuatan sake / Foto : Shutterstock

Dalam buku Japanese Sake and Shochu Makers Association, sake terbuat dari beras Jepang dan air bersih. Kemudian dikristalisasi dari teknologi pembuatan bir yang dirancang untuk menghasilkan cita rasa dan aroma buah dari beras. Dengan pembuatan sake yang begitu rumit maka kualitas beras yang digunakan menjadi faktor penting di dalam pembuatannya. 

Bagi kamu yang pernah menonton film animasi yang sempat booming di tanah air “kimi no na wa” dalam adengan film tersebut memperlihatkan bagaimana karakter perempuan (mitsuha) mengunyah beras dan membungkusnya dalam cetakan Koji kayu yang berbentuk persegi. 

Adengan dalam film tersebut menggambarkan bagaimana sake secara tradisional dibuat. Kuchikami no sake atau cara sake dikunyah, dimana proses ini mengandalkan air liur manusia untuk memecahkan pati dalam padi menjadi gula, yang nantinya membuat ragi fregmantasi menjadi alkohol. 

Dalam buku “A Comprehensive Guide to Japanese Sake” yang disusun oleh Japan sake and Shochu Makers Association and National Research Institute Brewing mengatakan bahwa pada abad ke 12 dan 15 awal kemunculan sake tidak diproduksi secara masal. Tetapi sake diseduh atau dibuat di kuil-kuil Shinto dan candi Budha sebagai perayaan hasil panen. 

Dalam agama Shinto, beras merupakan ciptaan Dewa yang dipersembahkan untuk manusia. Ritual ini disebut Omiki, dengan pembuatan sake di kuil untuk persembahan merupakan bentuk penghormatan atau hubungan timbal-balik antara manusia dan dewa. 

Diyakini dengan mempersembahkan sake kepada para dewa akan mensucikan kuil-kuil dari roh jahat. Menghindari malapetaka dan pengaruh buruk dari yang orang-orang yang hidup atau sudah mati. Ritual ini masih eksis sampai sekarang. 

Kemudian di periode awal abad ke-17 terdapat pemindahan pembuatan sake. Sake mulai diproduksi secara masal dan tersebar pada kota-kota besar. Sake masih dalam kemasan kayu. 

Sake di Zaman Modern

Sake pada masa ini dibuat sedikit modern dimana beras-berasnya digiling menggunakan kincir air. Kemudian pada zaman modern para ilmuwan mulai melakukan riset mengenai teknologi pembuatan sake. Mulai dari penemuan alat baru, proses pasteurisasi atau pemanasan pada sake dan proses fermentasi yang dilakukan.

menyimpan sake
Tempat penyimpanan sake tradisional / Foto : Shutterstock

Sampai 500 tahun berikut nya sampai sekarang sake diproduksi secara masal dengan merek dan rasa yang beragam. Sake biasa dinikmati berdasarkan empat musim di Jepang, pada musim semi, musim gugur. Serta pada pergantian dari musim semi ke musim panas. 

Masyarakat Jepang akan meminum sake sebagai cara membersihkan diri dari segala perbuatan dosa. Tak hanya itu kesalahan yang telah diperbuat pada setengah tahun yang lalu. Kemudian pada musim dingin, masyarakat jepang akan menikmati sake hangat sambil menikmati pemandangan salju. 

Kebiasaan minum sake dari generasi ke generasi telah menjadikan minuman tersebut amat penting dalam kehidupan masyarakat Jepang. Sake tak hanya dihidangkan untuk keperluan perayaan untuk kekaisaran saja, namun juga untuk kepentingan ritual keagamaan.

Tak heran jika minum sake adalah suatu kebiasaan turun temurun yang menjadi budaya jepang.